BUDAYA menjaga lingkungan bersih dan tidak membuang sampah sembarangan,
ternyata belum menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat kita.
Tumpukan sampah terkadang menjadi pemandangan menjijikkan, yang kerap
terlihat di ruang-ruang publik. Akankah pemandangan yang tak elok dengan
aroma tak sedap ini akan terus terlihat di kota dan dan di
gampong-gampong kita di Aceh?
Jika kita perhatikan, sampah-sampah itu kebanyakan berbahan plastik, salah satunya adalah kantong plastik. Kantong plastik yang digunakan untuk menaruh barang-barang di tempat itu memang sudah menjadi “makanan” sehari-hari kita. Beli permen untuk anak-anak pakai kantong, beli minuman pakai kantong, beli buku pakai kantong, semuanya serba pakai kantong plastik.
Sayangnya, kebanyakan masyarakat kita di Aceh menggunakan kantong plastik hanya sekali pakai. Hal ini kemudian mengakibatkan penumpukan sampah. Kantong plastik yang seharusnya masih bisa digunakan dibuang dengan sengaja dan menjadi pemandangan kita ketika berjalan-jalan hingga terlihat di laut.
Sebagai seorang mahasiswa yang ngekost, plastik adalah benda yang hampir tiap hari saya hasilkan. Bayangkan saja, mie instan, deterjen, lauk untuk makan siang, semuanya berbungkus plastik. Dan saat ini saya menyimpan banyak kantong plastik yang saya taruh dalam satu tempat yang sewaktu-waktu bisa dijual saking banyaknya.
Di supermarket, kita bisa mendapati pelayanan yang begitu baik dari kasirnya yang memberi banyak plastik dengan membedakan barang yang kita ambil yang berbeda jenis. Makanan akan dibungkus atau dimasukkan dalam satu plastik. Keperluan rumah tangga seperti deterjen satu plastik dan lain sebagainya. Setiap belanja, kita dapat menghasilkan banyak plastik.
Mengakibatkan keracunan
Sampah berbahan plastik membutuhkan waktu lama untuk bisa terurai, bisa mengakitbatkan keracunan dan mengganggu fungsi tubuh. Bukan hanya merugikan manusia, tapi juga merusak berbagai organisme lain. Jika kita buang ke laut, misalnya, akan mengganggu habitat air dan bisa mematikan ikan-ikan.
Karena itu, saya terkejut sekali ketika dulu saya pergi ke Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Satu gugusan kepulauan yang indah, terdiri dari 99 pulau, tercemar akibat ulah seorang anak buah kapal Very yang saya tumpangi, membuang seluruh isi tong sampah ke dalam laut. Sampah-sampah itu bagai segorombolan ikan yang mengapung di permukaan laut dan sebagian lagi tnggelam.Tentu saja yang mengapung sebagian besarnya adalah sampah plastik.
Karena itu, saya sendiri sebagai anak Aceh Singkil, kini ragu-ragu dan tidak berani menjamin bahwa tanah kelahiran saya dengan panorama alam yang indah itu akan tetap menjadi tempat yang nyaman di masa depan nanti. Bayangkan, jika setiap pelayaran, prilaku membuang sampah akan terus berlangsung.
Dalam UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Dampah disebutkan bahwa orang-orang yang membuang sampah sembarangan dapat dikenakan sanksi pidana dan denda. Negara Australia sudah melakukannya terlebih dulu. Di negara kanguru ini, untuk membuang ludah saja di sembarang tempat, misalnya, akan dikenakan denda.
Selain itu, sebelum membuang sampah, pastikan bahwa yang hendak kita buang adalah barang-barang yang memang tidak dapat dipakai lagi, seperti plastik makanan seperti, plastik roti dan mie. Jangan membuang ke selokan ataupun laut.
Baru-baru ini ada kantong plastik yang bertuliskan ramah lingkungan yang katanya dapat hancur sendiri dalam kurun waktu yang singkat. Namun ada sebuah peringatan: tergantung keadaan lingkungan. Walaupun telah ada kantong plastik yang demikian, tetap saja kita harus menjaga lingkungan dan tidak boleh membuang sampah sembarangan.
Buang pada tempatnya
Dalam mengelola sampah, ada banyak hal yang dapat kita lakukan. Beberapa tips berikut mungkin bisa dicoba. Pertama, membuang sampah di tempatnya. Dengan membuang sampah pada tempatnya, sama artinya kita menjaga kelestarian hidup dan menciptakan lingkungan yang bersih; Kedua, simpan kantong-kantong plastik yang masih dapat digunakan, lipat dan taruh di satu tempat. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, kita tidak perlu membeli ataupun mencari-cari lagi;
Ketiga, bawa kantong plastik yang disimpan itu sesuai kebutuhan ketika hendak pergi dari rumah dan selipkan di tas ataupun dompet sehingga ketika kita hendak membeli makanan ataupun barang yang lain kita tidak perlu meminta pada penjualnya. Penjual pasti tidak merasa keberatan; Keempat, bagi yang hendak membeli makanan untuk dibungkus mungkin bisa berpikir ulang dan lebih baik makan di warung. Selain bisa mengambil banyak nasi dan sayurnya bisa mengurai penggunaan plastik;
Kelima, membeli barang-barang kecil seperti permen, snack, buku, yang sekiranya dapat dipegang dan ditaruh di dalam tas juga sangat membantu mengurangi pemakaian plastik; Keenam, beli tas tenteng yang dapat digunakan yang mudah dibawa dan dilipat. Di beberapa supermarket di Jawa, tas seperti ini sudah mulai banyak digunakan masyarakat. Walaupun di Aceh belum banyak yang punya, kita punya kesempatan untuk mencoba, dan;
Ketujuh, jika sudah terlalu banyak, berikan kantong-kantong plastik itu pada warung-warung terdekat di dekat tempat tinggal atau dapat pula diberi pada pemulung-pemulung sehingga terbantulah nafkahnya. Sedekah bukan hanya dengan uang, namun dari kantong plastik pun kita dapat bersedekah. Selain menjaga kelestarian hidup kita juga dapat nilai plus berupa pahala sedekah dari Allah SWT.
Mari menjaga kelestarian hidup ini dan dimulai dari diri sendiri. Mulailah dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan agar lingkungan ini tetap terjaga. Allah SWT juga telah mengingatkan dengan firmannya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya...” (QS. al-A’raaf: 56).
Tunggu apa lagi, mari tunjukkan kepedulian kita terhadap lingkungan! Sampai kapan kita harus melihat melihat tumpukan sampah yang berserakan, yang dapat mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan hidup kita? Ayo mengelola sampah sekarang, demi mewujudkan masa depan sehat dan bersih!`
Jika kita perhatikan, sampah-sampah itu kebanyakan berbahan plastik, salah satunya adalah kantong plastik. Kantong plastik yang digunakan untuk menaruh barang-barang di tempat itu memang sudah menjadi “makanan” sehari-hari kita. Beli permen untuk anak-anak pakai kantong, beli minuman pakai kantong, beli buku pakai kantong, semuanya serba pakai kantong plastik.
Sayangnya, kebanyakan masyarakat kita di Aceh menggunakan kantong plastik hanya sekali pakai. Hal ini kemudian mengakibatkan penumpukan sampah. Kantong plastik yang seharusnya masih bisa digunakan dibuang dengan sengaja dan menjadi pemandangan kita ketika berjalan-jalan hingga terlihat di laut.
Sebagai seorang mahasiswa yang ngekost, plastik adalah benda yang hampir tiap hari saya hasilkan. Bayangkan saja, mie instan, deterjen, lauk untuk makan siang, semuanya berbungkus plastik. Dan saat ini saya menyimpan banyak kantong plastik yang saya taruh dalam satu tempat yang sewaktu-waktu bisa dijual saking banyaknya.
Di supermarket, kita bisa mendapati pelayanan yang begitu baik dari kasirnya yang memberi banyak plastik dengan membedakan barang yang kita ambil yang berbeda jenis. Makanan akan dibungkus atau dimasukkan dalam satu plastik. Keperluan rumah tangga seperti deterjen satu plastik dan lain sebagainya. Setiap belanja, kita dapat menghasilkan banyak plastik.
Mengakibatkan keracunan
Sampah berbahan plastik membutuhkan waktu lama untuk bisa terurai, bisa mengakitbatkan keracunan dan mengganggu fungsi tubuh. Bukan hanya merugikan manusia, tapi juga merusak berbagai organisme lain. Jika kita buang ke laut, misalnya, akan mengganggu habitat air dan bisa mematikan ikan-ikan.
Karena itu, saya terkejut sekali ketika dulu saya pergi ke Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Satu gugusan kepulauan yang indah, terdiri dari 99 pulau, tercemar akibat ulah seorang anak buah kapal Very yang saya tumpangi, membuang seluruh isi tong sampah ke dalam laut. Sampah-sampah itu bagai segorombolan ikan yang mengapung di permukaan laut dan sebagian lagi tnggelam.Tentu saja yang mengapung sebagian besarnya adalah sampah plastik.
Karena itu, saya sendiri sebagai anak Aceh Singkil, kini ragu-ragu dan tidak berani menjamin bahwa tanah kelahiran saya dengan panorama alam yang indah itu akan tetap menjadi tempat yang nyaman di masa depan nanti. Bayangkan, jika setiap pelayaran, prilaku membuang sampah akan terus berlangsung.
Dalam UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Dampah disebutkan bahwa orang-orang yang membuang sampah sembarangan dapat dikenakan sanksi pidana dan denda. Negara Australia sudah melakukannya terlebih dulu. Di negara kanguru ini, untuk membuang ludah saja di sembarang tempat, misalnya, akan dikenakan denda.
Selain itu, sebelum membuang sampah, pastikan bahwa yang hendak kita buang adalah barang-barang yang memang tidak dapat dipakai lagi, seperti plastik makanan seperti, plastik roti dan mie. Jangan membuang ke selokan ataupun laut.
Baru-baru ini ada kantong plastik yang bertuliskan ramah lingkungan yang katanya dapat hancur sendiri dalam kurun waktu yang singkat. Namun ada sebuah peringatan: tergantung keadaan lingkungan. Walaupun telah ada kantong plastik yang demikian, tetap saja kita harus menjaga lingkungan dan tidak boleh membuang sampah sembarangan.
Buang pada tempatnya
Dalam mengelola sampah, ada banyak hal yang dapat kita lakukan. Beberapa tips berikut mungkin bisa dicoba. Pertama, membuang sampah di tempatnya. Dengan membuang sampah pada tempatnya, sama artinya kita menjaga kelestarian hidup dan menciptakan lingkungan yang bersih; Kedua, simpan kantong-kantong plastik yang masih dapat digunakan, lipat dan taruh di satu tempat. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, kita tidak perlu membeli ataupun mencari-cari lagi;
Ketiga, bawa kantong plastik yang disimpan itu sesuai kebutuhan ketika hendak pergi dari rumah dan selipkan di tas ataupun dompet sehingga ketika kita hendak membeli makanan ataupun barang yang lain kita tidak perlu meminta pada penjualnya. Penjual pasti tidak merasa keberatan; Keempat, bagi yang hendak membeli makanan untuk dibungkus mungkin bisa berpikir ulang dan lebih baik makan di warung. Selain bisa mengambil banyak nasi dan sayurnya bisa mengurai penggunaan plastik;
Kelima, membeli barang-barang kecil seperti permen, snack, buku, yang sekiranya dapat dipegang dan ditaruh di dalam tas juga sangat membantu mengurangi pemakaian plastik; Keenam, beli tas tenteng yang dapat digunakan yang mudah dibawa dan dilipat. Di beberapa supermarket di Jawa, tas seperti ini sudah mulai banyak digunakan masyarakat. Walaupun di Aceh belum banyak yang punya, kita punya kesempatan untuk mencoba, dan;
Ketujuh, jika sudah terlalu banyak, berikan kantong-kantong plastik itu pada warung-warung terdekat di dekat tempat tinggal atau dapat pula diberi pada pemulung-pemulung sehingga terbantulah nafkahnya. Sedekah bukan hanya dengan uang, namun dari kantong plastik pun kita dapat bersedekah. Selain menjaga kelestarian hidup kita juga dapat nilai plus berupa pahala sedekah dari Allah SWT.
Mari menjaga kelestarian hidup ini dan dimulai dari diri sendiri. Mulailah dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan agar lingkungan ini tetap terjaga. Allah SWT juga telah mengingatkan dengan firmannya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya...” (QS. al-A’raaf: 56).
Tunggu apa lagi, mari tunjukkan kepedulian kita terhadap lingkungan! Sampai kapan kita harus melihat melihat tumpukan sampah yang berserakan, yang dapat mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan hidup kita? Ayo mengelola sampah sekarang, demi mewujudkan masa depan sehat dan bersih!`